Mpu Cuk Ilalang
Minggu, 22 Mei 2011
The 1st Bali emerging writers festival
Background
One of the key missions of the Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) is promoting the Indonesian emerging writers. Since 2008, the Festival has implemented various programs to fulfill that mission, including sponsoring the participation of selected emerging Indonesian writers in the Festival, publishing bilingual anthologies of the works of those emerging writers, and organizing fringe and satellite events at various regions across the archipelago.
In 2011, the Festival will organize the 1st Bali Emerging Writers Festival (BEWF) as an initial effort to build a replicable, sustainable and feasible model for similar festival in the future. BEWF reflects the UWRF’s commitment to continue its support for the promotion and advancement of the younger generations of Indonesian writers, the voice of tomorrow.
Event
The 1st BEWF is a two-day festival that brings together the island’s promising young talents to engage in a lively dialogue with several established Indonesian writers on various aspects of literary writings, from the often elusive creative process to the more mundane but no less important aspect of publishing.
Besides panel sessions, BEWF will also feature performances from the island’s young talents in spoken words, theatre and music.
BEWF will be held in Serambi Arts ANTIDA, Jl. Waribang 32, Denpasar.
from May 27-29.
Participants
The organizing committee will invite up to 30 emerging writers from across the island to participate in BEWF as well as up to ten established writers.
The BEWF Writers
Penulis muda "Gothic" Citra Sasmita tampil di BEWF 2011, lahir di Tabanan 30 maret 1990. Ia sangat menyukai hal-hal Gothic, yang menjadi ciri khas puisi, prosa, cerpen, dan karikatur-nya. Sekarang menempuh pendidikan S1 Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) dan menjadi anggota Teater Seribu Jendela. Film liputannya meraih juara harapan 2 tingkat nasional dalam Apresiasi Pertanian 2010, juga sebagai editor film pendek yang terpilih sebagai Official Selection Indonesian Youth Ideas 2011. Menurutnya, menulis merupakan suatu siksaan nikmat dari kegelisahan dan keingintahuan agar mereka dapat dilahirkan di atas kertas.
Senin, 08 November 2010
MATA
Ia sebenarnya protes pada Tuhan, mengapa Beliau itu memberikan sepasang mata untuk melihat tapi dengan kemampuan yang terbatas? Mata bisa melihat betapa hitamnya kulit seseorang atau betapa memuakkanya sebuah wajah dan tubuh untuk dipandang. Entahlah, apakah sifatnya juga seburuk rupanya? Ya...tentu saja, sesuai keinginan mata-mata yang melihatnya. Ia tak punya pilihan lain lagi selain menjadi apa yang mereka nilai, karena dengan itulah ia merasakan keberadaannya. Ia baik hati pada dasarnya, tapi mengapa, mata-mata itu menilai kebaikannya hanyalah hangat-hangat tai ayam?
“Ah...aku lebih nyaman jika ia jahat seperti rupanya” kata sepasang mata berwarna cokelat dengan iris yang begitu gelap. Mata yang begitu indah dan sepertinya alergi sekali melihat hal-hal yang buruk.
“Mumpung ia sedang bertobat, kenapa tidak kita manfaatkan saja kebaikannya? Toh kita juga membantu Tuhan untuk menguji mentalnya?” kata sepasang mata lain, yang dihiasi bingkai bening. Pantas saja mata ini lebih buta karena dihalangi benda bening yang sarat ilusi itu.
“Hahaha.... kapan kita tidak pernah memanfaatkan orang baik?” sambung sepasang mata lain yang dihiasi bulu mata lentik, dan tanpa lelah ia terus berkedip-kedip karena begitu bangganya.”ironisnya, kita yang indah-indah ini yang selalu dinilai baik. Perlu usaha yang lebih keras lagi bagi mereka yang terlahir buruk untuk dinilai baik.”
Yah... begitulah mata dengan sejuta nilai absolute akan realita,dingin dan tanpa rasa. Harus bagaimana lagi? Toh kekuatan penilaian mata-mata itu begitu hebatnya, hingga bisa mengalahkan kepercayaan dirinya sendiri. Serasa mahluk yang perlu di daur ulang saja agar sedikit lebih enak dilihat. Kenapa? Ia tidak pernah meminta kepada Tuhan untuk menjadikannya tampak buruk. Apakah ini adalah salah ayah dan ibunya karena tidak bisa memeliharanya dengan benar sehingga ia tumbuh menjadi sosok yang susah diterima mata sehat? Atau mungkin keberadaannya ini merupakan sebuah kesalahan karena sosoknya begitu enak dipakai lelucon. Haha... atau mungkin ia terlahirpun ternyata hanyalah sebuah lelucon!! Lalu kemana lagi kakinya harus menapak agar dunia bisa menerimanya? Yah...sebuah rawa dan hutan belantara dengan sepi yang senantiasa setia menyambut hadirnya, atau kembali saja ke dalam tanah, air, udara dan panas yang telah gagal membentuk dirinya tidak seperti manusia-manusia lain yang sempurna.
Namun ia tidak menyerah, untuk tetap menjadi baik, seperti apa yang ia baca dalam buku.. bukan untuk apa-apa... ia hanya ingin dilihat bahwa ia juga seorang manusia, mempunyai nama cantik untuk disebut dan bukan mahluk mutasi, badut, celeng atau apalah julukan-julukan kreatif lain untuknya. Bodohnya Ia juga tetap percaya pada hal-hal yang sudah mulai tidak berlaku dalam kehidupan nyata ini. Tentang rasa, tentang ketulusan....Tapi ia sudah tidak tahan, benar-benar muak! Ia mulai bangkit dengan cemoohan sebagai cambuk motivasi utamanya. Dulu setiap usaha adalah beban yang berat, yang menghasilkan canda tawa dari mata-mata itu. Diremehkan sudah menjadi makanan basi baginya. Namun kali ini usaha itu terasa begitu menyenangkan! Tentang bagaimana piagam-piagam itu telah mengangkat derajatnya, atau bagaimana terhormatnya ia mengenal orang-orang berjiwa besar, dan untuk pertama kalinya ia merasa bangga terhadap dirinya sendiri.
“ Ternyata mempunyai mata itu begitu nikmat! Terutama saat melihat mata-mata sedih dan menyesal itu dari ketinggian ini” katanya dengan senyum skeptis.” Mataku juga telah dimodifikasi dengan hati, jadi aku bisa tahu mana kawan-kawan sejati, dan mana yang patut dibenci.”
Ah... mata.... ia menyesal telah protes pada Tuhan, terhadap semua keluhan-keluhan bodohnya. Tuhan memang memberikan sepasang mata untuk melihat dengan kemampuan terbatas, namun pengalaman hidup, suatu kejatuhan, keterpurukan dan apapun itu, ternyata merupakan proses yang nantinya akan membuat mata itu istimewa! Jadi tinggal pilih mana yang ingin di upgrade, mata dengan hati, mata dengan logika, mata duitan, mata keranjang. Hahaha... ini baru segelintir cerita tentang mata... lalu bagaimana dengan organ tubuh lainnya? Ckckck... hidup itu begitu busuk jika tidak benar-benar dimaknai dengan hati, jadi nikmati sajalah pertunjukan yang ada.
cuk
“Ah...aku lebih nyaman jika ia jahat seperti rupanya” kata sepasang mata berwarna cokelat dengan iris yang begitu gelap. Mata yang begitu indah dan sepertinya alergi sekali melihat hal-hal yang buruk.
“Mumpung ia sedang bertobat, kenapa tidak kita manfaatkan saja kebaikannya? Toh kita juga membantu Tuhan untuk menguji mentalnya?” kata sepasang mata lain, yang dihiasi bingkai bening. Pantas saja mata ini lebih buta karena dihalangi benda bening yang sarat ilusi itu.
“Hahaha.... kapan kita tidak pernah memanfaatkan orang baik?” sambung sepasang mata lain yang dihiasi bulu mata lentik, dan tanpa lelah ia terus berkedip-kedip karena begitu bangganya.”ironisnya, kita yang indah-indah ini yang selalu dinilai baik. Perlu usaha yang lebih keras lagi bagi mereka yang terlahir buruk untuk dinilai baik.”
Yah... begitulah mata dengan sejuta nilai absolute akan realita,dingin dan tanpa rasa. Harus bagaimana lagi? Toh kekuatan penilaian mata-mata itu begitu hebatnya, hingga bisa mengalahkan kepercayaan dirinya sendiri. Serasa mahluk yang perlu di daur ulang saja agar sedikit lebih enak dilihat. Kenapa? Ia tidak pernah meminta kepada Tuhan untuk menjadikannya tampak buruk. Apakah ini adalah salah ayah dan ibunya karena tidak bisa memeliharanya dengan benar sehingga ia tumbuh menjadi sosok yang susah diterima mata sehat? Atau mungkin keberadaannya ini merupakan sebuah kesalahan karena sosoknya begitu enak dipakai lelucon. Haha... atau mungkin ia terlahirpun ternyata hanyalah sebuah lelucon!! Lalu kemana lagi kakinya harus menapak agar dunia bisa menerimanya? Yah...sebuah rawa dan hutan belantara dengan sepi yang senantiasa setia menyambut hadirnya, atau kembali saja ke dalam tanah, air, udara dan panas yang telah gagal membentuk dirinya tidak seperti manusia-manusia lain yang sempurna.
Namun ia tidak menyerah, untuk tetap menjadi baik, seperti apa yang ia baca dalam buku.. bukan untuk apa-apa... ia hanya ingin dilihat bahwa ia juga seorang manusia, mempunyai nama cantik untuk disebut dan bukan mahluk mutasi, badut, celeng atau apalah julukan-julukan kreatif lain untuknya. Bodohnya Ia juga tetap percaya pada hal-hal yang sudah mulai tidak berlaku dalam kehidupan nyata ini. Tentang rasa, tentang ketulusan....Tapi ia sudah tidak tahan, benar-benar muak! Ia mulai bangkit dengan cemoohan sebagai cambuk motivasi utamanya. Dulu setiap usaha adalah beban yang berat, yang menghasilkan canda tawa dari mata-mata itu. Diremehkan sudah menjadi makanan basi baginya. Namun kali ini usaha itu terasa begitu menyenangkan! Tentang bagaimana piagam-piagam itu telah mengangkat derajatnya, atau bagaimana terhormatnya ia mengenal orang-orang berjiwa besar, dan untuk pertama kalinya ia merasa bangga terhadap dirinya sendiri.
“ Ternyata mempunyai mata itu begitu nikmat! Terutama saat melihat mata-mata sedih dan menyesal itu dari ketinggian ini” katanya dengan senyum skeptis.” Mataku juga telah dimodifikasi dengan hati, jadi aku bisa tahu mana kawan-kawan sejati, dan mana yang patut dibenci.”
Ah... mata.... ia menyesal telah protes pada Tuhan, terhadap semua keluhan-keluhan bodohnya. Tuhan memang memberikan sepasang mata untuk melihat dengan kemampuan terbatas, namun pengalaman hidup, suatu kejatuhan, keterpurukan dan apapun itu, ternyata merupakan proses yang nantinya akan membuat mata itu istimewa! Jadi tinggal pilih mana yang ingin di upgrade, mata dengan hati, mata dengan logika, mata duitan, mata keranjang. Hahaha... ini baru segelintir cerita tentang mata... lalu bagaimana dengan organ tubuh lainnya? Ckckck... hidup itu begitu busuk jika tidak benar-benar dimaknai dengan hati, jadi nikmati sajalah pertunjukan yang ada.
cuk
Kacamata Sepeda Kumbang
Senyumku tiba-tiba mengembang diiringi nyanyian-nyanyian hangat, saat pertama kali kulihat bayangmu mengayuh sepeda dibawah terik mentari.
Kuperhatikan peluhmu yang mengalir pelan di tepi dagu, dengan nafas yang terengah-engah, namun ada sinar asa yang cemerlang..begitu bersemangat.
Hei.. siapakah gerangan dirimu? Lelaki berkacamata yang menaiki sepeda kumbang...
Sejak itu sosokmu tetap melekat dalam benakku, aku ingin melihatmu.. Lelah mengayuh sepeda kumbang itu...
Kacamata Sepeda Kumbang...!
Orang pertama yang berhasil membuat jantungku berdegub bertubi-tubi,
Orang pertama yang bisa membuat pipiku bersemu... lagi... dan lagi...
Aku benar-benar kecanduan akan rasa itu..
Jadi tolonglah sering-sering muncul dihadapanku,hei..Si Kacamata Sepeda Kumbang.
Aku tahu diriku tidak pintar merayu dan untuk tahu namamu pun aku malu... Tapi aku tak mau tahu!
Maka dibawah pohon itu aku terus menunggu.
Dengan sebuah buku tebal yang pura-pura kubaca, namun mataku tetap mencari-cari sosokmu.
Satu-satunya sosok yang kini bisa memberikan rasa itu..
Hei.. Si Kacamata Sepeda Kumbang... cepatlah hadir untuk mengisi hatiku!
Bibir ini terlalu berat untuk bisa tersenyum kecuali melihatmu!
Sesak karenamu ini begitu menyenangkan!!
Apalagi detak ini telah membuatku melayang...
Di kejauhan kulihat dirimu lagi, lelah mengayuh sepeda kumbang itu...Dibawah panas namun terlindungi bayang-bayang dedaunan,kulihat senyummu sendu...
Aku ...tertunduk...malu...
Terima kasih... Hei, Si Kacamata Sepeda Kumbang.. aku sudah cukup akan rasa itu... yang telah lama ditutupi benalu. Walau senyum itu bukan untukku, aku senang bisa bertemu denganmu.
Kuperhatikan peluhmu yang mengalir pelan di tepi dagu, dengan nafas yang terengah-engah, namun ada sinar asa yang cemerlang..begitu bersemangat.
Hei.. siapakah gerangan dirimu? Lelaki berkacamata yang menaiki sepeda kumbang...
Sejak itu sosokmu tetap melekat dalam benakku, aku ingin melihatmu.. Lelah mengayuh sepeda kumbang itu...
Kacamata Sepeda Kumbang...!
Orang pertama yang berhasil membuat jantungku berdegub bertubi-tubi,
Orang pertama yang bisa membuat pipiku bersemu... lagi... dan lagi...
Aku benar-benar kecanduan akan rasa itu..
Jadi tolonglah sering-sering muncul dihadapanku,hei..Si Kacamata Sepeda Kumbang.
Aku tahu diriku tidak pintar merayu dan untuk tahu namamu pun aku malu... Tapi aku tak mau tahu!
Maka dibawah pohon itu aku terus menunggu.
Dengan sebuah buku tebal yang pura-pura kubaca, namun mataku tetap mencari-cari sosokmu.
Satu-satunya sosok yang kini bisa memberikan rasa itu..
Hei.. Si Kacamata Sepeda Kumbang... cepatlah hadir untuk mengisi hatiku!
Bibir ini terlalu berat untuk bisa tersenyum kecuali melihatmu!
Sesak karenamu ini begitu menyenangkan!!
Apalagi detak ini telah membuatku melayang...
Di kejauhan kulihat dirimu lagi, lelah mengayuh sepeda kumbang itu...Dibawah panas namun terlindungi bayang-bayang dedaunan,kulihat senyummu sendu...
Aku ...tertunduk...malu...
Terima kasih... Hei, Si Kacamata Sepeda Kumbang.. aku sudah cukup akan rasa itu... yang telah lama ditutupi benalu. Walau senyum itu bukan untukku, aku senang bisa bertemu denganmu.
HIDE AND SEEK
Hei… wanna play with me?
I’m alone in this deep dark abyss
I want to play hide and seek!
Let’s play!!
Ready or not you must find me!
Sssshhhhhh…. I’m hiding in the hell
Come….come catch me
I’ll shows you my deepest pain
The hurt that I keep till die
Come…come see me! Hi..hi..hi..
Don’t let me freeze in the cry that night
Because you should find me
Where?
Ask the dark
Ask the whispering wind
Please.. Don’t let me alone
So… wanna play with me?
Let’s play hide and seek!!!
cuk
I’m alone in this deep dark abyss
I want to play hide and seek!
Let’s play!!
Ready or not you must find me!
Sssshhhhhh…. I’m hiding in the hell
Come….come catch me
I’ll shows you my deepest pain
The hurt that I keep till die
Come…come see me! Hi..hi..hi..
Don’t let me freeze in the cry that night
Because you should find me
Where?
Ask the dark
Ask the whispering wind
Please.. Don’t let me alone
So… wanna play with me?
Let’s play hide and seek!!!
cuk
HOPE
Where these words take me to go?
When see your smile
The shine on your bright eyes
The color of your cheerful face
Till when I can keep those strange beats?
I always wonder…
When it begin?
When that freezing heart be morning due
I wonder…
When the sun blossom upon my soul
Many flowers grows through my mind
But their fragrance only came from you
Could you always be the wind in this summer?
When see your smile
The shine on your bright eyes
The color of your cheerful face
Till when I can keep those strange beats?
I always wonder…
When it begin?
When that freezing heart be morning due
I wonder…
When the sun blossom upon my soul
Many flowers grows through my mind
But their fragrance only came from you
Could you always be the wind in this summer?
SACRED
Shore let me know
Hollow of my deep dark soul
Let’s the eve with cursed wish
Trapped on tragedy
Furrow the light
In this everlasting night
Judas priest stare scarily
For the smile of bloody teeth
Hollow of my deep dark soul
Let’s the eve with cursed wish
Trapped on tragedy
Furrow the light
In this everlasting night
Judas priest stare scarily
For the smile of bloody teeth
Langganan:
Postingan (Atom)